Jangan Bingung, Setiap Manusia Punya Jalurnya Masing-masing (part I)
Hai semuaaaaa
Udah lama banget aku enggak nulis di blog. Terakhir nulis ya karena ada tugas sewaktu SMA tugas TIK gitu. Btw, ini masih liburan semester setelah melalui suka duka semester 2 akhirnya libur juga dan pulkam deh *uye. Berhubung sedikit bosan dirumah aja akhirnya aku memutuskan untuk mencoba aktif lagi nulis di blog, dan sekarang itu aku tahu disekelilingku ini banyak yang sedang berjuang untuk bisa kuliah, daftar sana daftar sini. Nah, jadi aku sekarang sekedar mau berbagi ceritaku setahun lalu, bagaimana aku bisa kuliah di sini, dan lika-likunya karena hidupku semasa lulus SMA ga mulus brayyy. Btw, aku ngerti sih kalo blog udah kalah tren sama vlog, gapapa deh soalnya aku ga bakat tampil depan kamera.
cita-cita itu muncul
Awal masuk SMA aku ngebet banget masuk IPA, karena yang ada dipikiranku saat itu masuk kelas IPS nanti akan bikin hidupku penuh dengan hafalan makanya aku gaada niatan masuk IPS, begitu pula dengan kelas Bahasa, aku kurang suka sastra. Aku suka Matematika, Fisika, dan tentunya menggambar, di kelas IPA lah aku bisa mendapatkan ketiga mata pelajaran yang aku suka. Sejak awal masuk SMA aku sudah memikirkan apa jurusan yang akan ku ambil nanti dan dimana. Ya, Arsitek. Aku mencari apa yang bisa menggabungkan kesukaanku dengan ilmu pasti begitu pula dengan hobiku menggambar, dan aku menemukan jawabannya "Ya, aku mau jadi Arsitek."
confused
3 tahun bejalan, masa SMA ku hampir berakhir. Saat itu aku duduk dibangku kelas 3 SMA, masa-masa penuh ujian duniawi. Di Indonesia mengenal UN (Ujian Nasional) dan banyak ujian lainnya yang harus ditempuh untuk sampai pada saatnya bisa lulus dan menerima ijazah. Di penghujung kelas 3 aku semakin bingung dan kewalahan dengan mata pelajaran yang menjadi favoritku dulu. Saat mendapatkan materi proyeksi di mata pelajaran Seni Rupa aku sering tidak lulus ujian *so sad* sejak itu aku merasa yakin tidak yakin dengan cita-citaku menjadi seorang Arsitek. Ada beberapa orang yang membuatku terdorong ingin menjadi seorang arsitek lho, nanti pada post selanjutnya aku bahas khusus, karena cita-cita bukan semata-mata cita-cita. Saat tahunku kelas 3 kemarin (2016) tidak semua siswa bisa mengikuti SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri), jadi ada seleksinya dulu tuh satu sekolah diambil 70% terbaik yang bisa ikut SNMPTN karena akreditasi sekolahku A *Alhamdulillah* karena akreditasi sekolah mempengaruhi banyaknya jumlah siswa yang bisa ikut jalur SNMPTN. Btw, aku sekolah di SMA N 1 Pemalang, ada yang tau Pemalang? Ya Pemalang Jawa Tengah, Pantura yang kalo musim mudik selalu macet, tau kan? Tapi pada awal penyaringan 70% untuk bisa dinyatakan sebagai PESERTA SNMPTN itu semua siswa berhak daftar dan masukin data akademis mereka selama 5 semester di SMA.
pintu pertama telah terbuka
Setelah input nilai akademis selama 5 semester di SMA, aku lolos tahap pertama jalur SNMPTN dan resmi jadi PESERTA SNMPTN, Alhamdulillah walau masih berstatus peserta. Dan inilah saatnya mengisi jurusan serta PTN yang aku ingin daftar pada laman SNMPTN. Di kelasku sendiri IPA3 lumayan banyak yang bisa melanjutkan tahap lewat jalur SNMPTN ini, untuk memantapkan pilihan jurusan serta PTN untuk mendaftar jalur SNMPTN ini bukanlah perkara mudah. Aku melihat banyak orang disekelilingku, ada yang kebingungan, bingung minat mereka dimana, sampai ada juga yang sudah memantapkan diri mendaftar apa dan dimana. Aku termasuk orang yang cukup keras kepala untuk masalah ini, tetapi hati tetap tidak bisa bohong kalau sebenarnya hatiku kacau untuk memilih karena situasi, lingkungan, dan beberapa hal lain.
many factors
masa-masa SMA
Ketertarikan aku dengan Matematika sedikit berkurang semenjak di SMA, entah karena aku mulai merasa kesusahan dan merasa ketinggalan dan itu bukanlah hal yang aku inginkan karena saat SMP I loved math so muuchhhh. Materi sederhana berupa proyeksi saja aku kadang tidak lulus dan lama untuk berlogika layaknya seorang arsitek. Hal-hal itu sedikit membuatku think twice sebelum memutuskan aku ingin kuliah di jurusan apa. Aku sempat bingung karena tidak ada di otakku selain Arsitektur, aku bukan seperti anak lain yang kebanyakan sejak kecil bercita-cita menjadi dokter, i'm not.
sosia media
Sosial media memang banyak mendatangkan hal positif bagi penggunanya selagi bijaksana, saat SMA aku sering menggunakan Instagram aku mulai berpikir bahwa wow banyak kutemui illustrator, animator, designer, artist keren dan menginspirasi di sini. Sekali nemu profile orang dengan feeds menarik pasti aku stalk hehe. Foto pertama yang menjadi cikal bakal aku menemukan para seniman dan calon seniman hebat adalah foto NIRMANA teman-teman Nirmanaa~~ mata kuliah yang sudah ku lalui 2 semester penuh suka duka dan ngangenin *dih*. Awalnya aku kurang tau itu apa kok abstrak gitu kelihatannya, tapi rapi dan keren-keren. Aku stalk tuh sampai akar-akarnya *waduh. Dan ternyata profile orang yang aku stalked Instagramnya adalah mahasiswa FSRD (Fakultas Seni Rupa dan Desain) Institut Teknologi Bandung angkatan 2015. Dari hari ke hari aku semakin banyak follow anak-anak FSRD ITB lihat apa aja bentuk tugas-tugas kuliah mereka, karena mereka hobi banget share foto tugas gitu di Instagram. Lumayanlah knowledge ku tentang FSRD bertambah hehe. Saat itulah aku mulai jatuh cinta untuk kedua kalinya dengan menggambar. Aku tertarik dengan satu jurusan yaitu Desain Komunikasi Visual (DKV), kedengaran asing saat itu dan belum banyak orang mengenalnya, DKV jadi alternatifku karena aku tidak ingin masuk jurusan Seni Rupa Murni entah kenapa hehe. Aku tipe orang yang gak puas dengan sedikit informasi yang aku dapet jadi aku cari-cari tahu apa itu DKV, perguruan tinggi mana aja yang ada jurusan itu, prospek kedepan seorang lulusan DKV itu apa, sampai baca-baca curhatan mahasiswa DKV di blog jadi selain aku tahu asiknya jadi anak DKV jadi tahu juga apa susah sedihnya anak DKV.
public figure
Pak Ridwan Kamil a.k.a kang Emil salah satu alasan kenapa aku pingin jadi seorang Arsitektur di masa depanku, you know lah kang Emil seorang walikota Bandung yang juga seorang Arsitektur. Btw, beliau lulusan Arsitektur ITB. Kekagumanku serta hal-hal positif yang aku dapat dari melihat seorang kang Emil aku bahas di post selanjutnya ya, nanti terlalu panjang di sini *ini aja udah panjang kali ah*
orang tua dan keluarga
Kedua orang tua ku bukanlah tipe orang tua yang memaksakan kehendaknya dengan menuntut "kamu harus jadi ini, kamu harus kuliah itu, blablabla..." bukan..bukan orang tua ku banget. Orang tua ku itu santai, fleksible, dan jelas selalu mendukung apa impian/keputusanku selama itu positif. Bapakku seorang guru Biologi, tetapi beliau tidak pernah menyuruhku untuk kelak menjadi seorang guru juga. Aku bersyukur mempunyai kedua orang tua serta kakak-kakak yang selalu mendukung aku sejak kecil, memfasilitasi keinginanku semampu mereka. Jadi, entah aku ingin mendaftar Arsitektur ataupun DKV itu bukan masalah untuk mereka, mereka mendukung sepenuhnya apapun keputusanku selagi itu positif dan baik untuk masa depanku.
flashback
.......lanjutan cerita ada di postingan selanjutnya ya
Udah lama banget aku enggak nulis di blog. Terakhir nulis ya karena ada tugas sewaktu SMA tugas TIK gitu. Btw, ini masih liburan semester setelah melalui suka duka semester 2 akhirnya libur juga dan pulkam deh *uye. Berhubung sedikit bosan dirumah aja akhirnya aku memutuskan untuk mencoba aktif lagi nulis di blog, dan sekarang itu aku tahu disekelilingku ini banyak yang sedang berjuang untuk bisa kuliah, daftar sana daftar sini. Nah, jadi aku sekarang sekedar mau berbagi ceritaku setahun lalu, bagaimana aku bisa kuliah di sini, dan lika-likunya karena hidupku semasa lulus SMA ga mulus brayyy. Btw, aku ngerti sih kalo blog udah kalah tren sama vlog, gapapa deh soalnya aku ga bakat tampil depan kamera.
cita-cita itu muncul
Awal masuk SMA aku ngebet banget masuk IPA, karena yang ada dipikiranku saat itu masuk kelas IPS nanti akan bikin hidupku penuh dengan hafalan makanya aku gaada niatan masuk IPS, begitu pula dengan kelas Bahasa, aku kurang suka sastra. Aku suka Matematika, Fisika, dan tentunya menggambar, di kelas IPA lah aku bisa mendapatkan ketiga mata pelajaran yang aku suka. Sejak awal masuk SMA aku sudah memikirkan apa jurusan yang akan ku ambil nanti dan dimana. Ya, Arsitek. Aku mencari apa yang bisa menggabungkan kesukaanku dengan ilmu pasti begitu pula dengan hobiku menggambar, dan aku menemukan jawabannya "Ya, aku mau jadi Arsitek."
confused
3 tahun bejalan, masa SMA ku hampir berakhir. Saat itu aku duduk dibangku kelas 3 SMA, masa-masa penuh ujian duniawi. Di Indonesia mengenal UN (Ujian Nasional) dan banyak ujian lainnya yang harus ditempuh untuk sampai pada saatnya bisa lulus dan menerima ijazah. Di penghujung kelas 3 aku semakin bingung dan kewalahan dengan mata pelajaran yang menjadi favoritku dulu. Saat mendapatkan materi proyeksi di mata pelajaran Seni Rupa aku sering tidak lulus ujian *so sad* sejak itu aku merasa yakin tidak yakin dengan cita-citaku menjadi seorang Arsitek. Ada beberapa orang yang membuatku terdorong ingin menjadi seorang arsitek lho, nanti pada post selanjutnya aku bahas khusus, karena cita-cita bukan semata-mata cita-cita. Saat tahunku kelas 3 kemarin (2016) tidak semua siswa bisa mengikuti SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri), jadi ada seleksinya dulu tuh satu sekolah diambil 70% terbaik yang bisa ikut SNMPTN karena akreditasi sekolahku A *Alhamdulillah* karena akreditasi sekolah mempengaruhi banyaknya jumlah siswa yang bisa ikut jalur SNMPTN. Btw, aku sekolah di SMA N 1 Pemalang, ada yang tau Pemalang? Ya Pemalang Jawa Tengah, Pantura yang kalo musim mudik selalu macet, tau kan? Tapi pada awal penyaringan 70% untuk bisa dinyatakan sebagai PESERTA SNMPTN itu semua siswa berhak daftar dan masukin data akademis mereka selama 5 semester di SMA.
pintu pertama telah terbuka
Setelah input nilai akademis selama 5 semester di SMA, aku lolos tahap pertama jalur SNMPTN dan resmi jadi PESERTA SNMPTN, Alhamdulillah walau masih berstatus peserta. Dan inilah saatnya mengisi jurusan serta PTN yang aku ingin daftar pada laman SNMPTN. Di kelasku sendiri IPA3 lumayan banyak yang bisa melanjutkan tahap lewat jalur SNMPTN ini, untuk memantapkan pilihan jurusan serta PTN untuk mendaftar jalur SNMPTN ini bukanlah perkara mudah. Aku melihat banyak orang disekelilingku, ada yang kebingungan, bingung minat mereka dimana, sampai ada juga yang sudah memantapkan diri mendaftar apa dan dimana. Aku termasuk orang yang cukup keras kepala untuk masalah ini, tetapi hati tetap tidak bisa bohong kalau sebenarnya hatiku kacau untuk memilih karena situasi, lingkungan, dan beberapa hal lain.
many factors
masa-masa SMA
Ketertarikan aku dengan Matematika sedikit berkurang semenjak di SMA, entah karena aku mulai merasa kesusahan dan merasa ketinggalan dan itu bukanlah hal yang aku inginkan karena saat SMP I loved math so muuchhhh. Materi sederhana berupa proyeksi saja aku kadang tidak lulus dan lama untuk berlogika layaknya seorang arsitek. Hal-hal itu sedikit membuatku think twice sebelum memutuskan aku ingin kuliah di jurusan apa. Aku sempat bingung karena tidak ada di otakku selain Arsitektur, aku bukan seperti anak lain yang kebanyakan sejak kecil bercita-cita menjadi dokter, i'm not.
sosia media
Sosial media memang banyak mendatangkan hal positif bagi penggunanya selagi bijaksana, saat SMA aku sering menggunakan Instagram aku mulai berpikir bahwa wow banyak kutemui illustrator, animator, designer, artist keren dan menginspirasi di sini. Sekali nemu profile orang dengan feeds menarik pasti aku stalk hehe. Foto pertama yang menjadi cikal bakal aku menemukan para seniman dan calon seniman hebat adalah foto NIRMANA teman-teman Nirmanaa~~ mata kuliah yang sudah ku lalui 2 semester penuh suka duka dan ngangenin *dih*. Awalnya aku kurang tau itu apa kok abstrak gitu kelihatannya, tapi rapi dan keren-keren. Aku stalk tuh sampai akar-akarnya *waduh. Dan ternyata profile orang yang aku stalked Instagramnya adalah mahasiswa FSRD (Fakultas Seni Rupa dan Desain) Institut Teknologi Bandung angkatan 2015. Dari hari ke hari aku semakin banyak follow anak-anak FSRD ITB lihat apa aja bentuk tugas-tugas kuliah mereka, karena mereka hobi banget share foto tugas gitu di Instagram. Lumayanlah knowledge ku tentang FSRD bertambah hehe. Saat itulah aku mulai jatuh cinta untuk kedua kalinya dengan menggambar. Aku tertarik dengan satu jurusan yaitu Desain Komunikasi Visual (DKV), kedengaran asing saat itu dan belum banyak orang mengenalnya, DKV jadi alternatifku karena aku tidak ingin masuk jurusan Seni Rupa Murni entah kenapa hehe. Aku tipe orang yang gak puas dengan sedikit informasi yang aku dapet jadi aku cari-cari tahu apa itu DKV, perguruan tinggi mana aja yang ada jurusan itu, prospek kedepan seorang lulusan DKV itu apa, sampai baca-baca curhatan mahasiswa DKV di blog jadi selain aku tahu asiknya jadi anak DKV jadi tahu juga apa susah sedihnya anak DKV.
public figure
Pak Ridwan Kamil a.k.a kang Emil salah satu alasan kenapa aku pingin jadi seorang Arsitektur di masa depanku, you know lah kang Emil seorang walikota Bandung yang juga seorang Arsitektur. Btw, beliau lulusan Arsitektur ITB. Kekagumanku serta hal-hal positif yang aku dapat dari melihat seorang kang Emil aku bahas di post selanjutnya ya, nanti terlalu panjang di sini *ini aja udah panjang kali ah*
orang tua dan keluarga
Kedua orang tua ku bukanlah tipe orang tua yang memaksakan kehendaknya dengan menuntut "kamu harus jadi ini, kamu harus kuliah itu, blablabla..." bukan..bukan orang tua ku banget. Orang tua ku itu santai, fleksible, dan jelas selalu mendukung apa impian/keputusanku selama itu positif. Bapakku seorang guru Biologi, tetapi beliau tidak pernah menyuruhku untuk kelak menjadi seorang guru juga. Aku bersyukur mempunyai kedua orang tua serta kakak-kakak yang selalu mendukung aku sejak kecil, memfasilitasi keinginanku semampu mereka. Jadi, entah aku ingin mendaftar Arsitektur ataupun DKV itu bukan masalah untuk mereka, mereka mendukung sepenuhnya apapun keputusanku selagi itu positif dan baik untuk masa depanku.
flashback
Nice post.
BalasHapustq tq, kok anda tau si aku blog ku ==
HapusPerasaan dulu SMA kelas 10 aku udah pernah buka blog mu yang backgroundnya hijau kalo ngga salah. :v
Hapus